Selamat ulang tahun Papa. Peluk cium buat Mama. Salam buat teman-teman yang Papa sering sebut saat Papa bercerita tentang mereka.
Semoga para malaikat ijinkan acara reunian di surga. Aku ingat betapa berisiknya Papa dan teman-teman jika sudah bersama.
Aku kecil yang Papa suruh beli bir berbotol-botol ketika teman-teman Angkatan Laut Papa datang membawa ikan, cumi, dan gurita dalam jumlah banyak. Mama mengolahnya jadi masakan yang enak.
Suasana berbeda ketika teman Papa dari kalangan jurnalis dan budayawan datang ke rumah, meski kadang sama berisiknya. Makanan tradisional Jawa Timur, teh dan kopi jadi hidangan sederhana.
Jangan berisik di surga. Selamat bersenang-senang di sana. Apalagi bisa bertemu Gandhi, Lenin, dan Soekarno di sorga.
Senang, karena sudah tak ada lagi sakitmu, tak ada lagi beban pikiranmu terhadap mereka yang curhat sedang butuh uang, padahal Papa juga ga pernah punya uang. Papa memang sering ga tegaan, lalu lakukan apa saja, demi bisa pinjamin uang ke mereka.
Aku teruskan cerita-cerita Papa dulu ke cucu-cucumu. Mungkin aku ga bisa meneruskan rencana buku-buku yang sedang Papa kerjakan dulu. Mungkin juga aku akan kalah dengan cuaca, banjir, dan rayap yang sering menyerang dokumen-dokumen penting Papa.
Kini, biarlah kami yang memikirkan semua itu. Tugas Papa Mama sudah selesai. Bahagia di sana. Sekali lagi, kalau reunian, jangan berisik ya.
Dari kami berdua, di November yang dingin, dan hutan di belakang tempat tinggal kami basah senantiasa.
(Catatan di hari ulang tahun almarhum Papa Peter Apolonius Rohi)
Moscow, 14 November 2020
Oleh: Inho dan Aloysia Vira Rohi
Komentar