oleh

Kreasi Bambu, Kornelius Hasan Hidupi Ekonomi Keluarga

RADARNTT, Borong – Mempertahankan ekonomi rumah tangga, sebetulnya banyak cara yang harus ditempuh, tidak harus menunggu bantuan dari pemerintah atau para donatur, sabar dan tahan terhadap panasnya matahari serta membanting tulang setiap saat merupakan rutinitas bagi para petani, demikian ungkap Kornelius Hasan Pengrajin bambu asal Ketang Tengku Leda Kecamatan Lamba Leda Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) saat dihubungi via telepon genggamnya, Kamis 24/07/2017

Pengrajin bambu yang memiliki bakat alami ini, memilih untuk ‘menyulap’ bambu menjadi kursi dan meja yang nyaman digunakan, dirinya menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2001. Memiliki gelar sebagai imam dalam rumah tangga dan suami bagi sang istri serta bapak bagi anak anak adalah tanggungjawab yang cukup berat baginya, apa lagi hudup dikampung yang terkadang hampir setiap urusan selalu bersandar pada uang, sementara sumber pancaharian tidak pasti, lebih parahnya tidak memiliki pendapatan rutin tiap bulan. Inilah salah satu faktor yang membuat dirinya terpanggil untuk menekuni kreasi bambu di daerah itu.

“awalnya saya coba membuat kursi dari bambu tanpa pola atau model apapun, dan saya buat untuk dipakai sendiri, dan hasilnya lumayan baik, bahkan banyak respon posetif  dari tetangga sekitar maupun setiap tamu yang mampir kerumah, ya pujian itu terus mengalir hampir setiap pekan.”ungkapnya.

Kornelius menceritakan bahwa motivasi yang membuat dirinya nekat untuk memilih bambu sebagai sandaran hidup rumah tangganya adalah respon posetif dari setiap orang yang datang dan duduk dikursi yang sengaja dipajangkan diruang tamu.

Lalu ia  coba membawa respon posetif tersebut dalam sebuah imajinasi bisnis, kalau dilirik dari sisi ketersediaan bahan baku (bambu red) katanya, sangat cukup, karena dikampung Ketang Manggarai timur  hampir setiap sudaut pekarangan ladang memiliki rumpun bambu, tidak heran kalau usahanya akan berjalan terus sampai kapan pun, asalkan memiliki kemauan untuk berubah.

Sementara modal usaha (Anggaran) dirinya mengaku bahwa tidak memiliki modal usaha, sehingga ia memulai pekerjaan ini hanya modal nekat. Gergaji, palu, paku dan parang,serta cat minyak jadi modal dasar yang membuat dirinya semangat untuk menuangkan kreatif alam yang dimilikinya lewat potongan batang bambu  menjadi kursi dan meja dengan model sesuai selera pelanggan.

Ayah tiga anak ini, juga meceritakan bahwa pernah dirinya mendapat pesanan 1 set kursi dari pelanggan luar kecamatan tempat kediamanya, awal dirinya ragu, namun terdorong oleh niat yang tulus serta bakat alam yang dihargai dengan hasil karyanya lewat nilai rupiah, mau tidak mau harus menerima pesanan tersebut, dan hasilnya cukup memuaskan pelanggan. Baginya pesanan ini merupakan pintu masuk untuk memulai pemasaran hasil karyanya di Manggarai Raya, sehingga dirinya juga membuat hasil yang baik dan berkualitas apalagi ini juga merupakan ajang promosi.

Disinggung soal perhatian pemerintah setempat atas karya mulia ini, dirinya mengaku bahwa dulu pernah didatakan oleh pemerintah daerah dalam program pemberdayaan ekonomi rakyat, sayangnya cuman sebatas pendataan, sehingga dirinya tetap semangat mengerjakan kreasi bambu ini yang walau hasilnya cukup untuk menghidupkan ekonomi keluarga dan pendidikan anak.

Dari hasil karyanya, selain menghidupkan ekonomi rumah tangga, Kornelius juga menggenggam hasil pendidikan salah satu putranya yakni seorang sarjana yang telah diwisudakan pada tahun ini. Dirinya merasa bersyukur kepada Sang pemilik hidup yang telah menganugrahkan bakat alam tanpa pendidikan ataupun pelatiha dari lembaga manapun. “ saya bersyukur bahwa apa yang saya miliki ini semata mata rahmat dari Tuhan, dan dari itu saya bisa membuat kepuasan tarhadap sesama dan keluarga saya,” ugkapnya.

Dirinya berharap bahwa semoga dengan adanya program pemerintah lewat pemberdayaan ekonomi masyarak, para pengrajin bambu di daerah ini bisa diperhatikan, sehingga potensi alam yang ada bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat Manggarai Raya khususnya Manggarai Timur. (*RN)  

Komentar