oleh

Spirit Budaya Masyarakat Alor

Masyarakat Alor sangat majemuk dalam berbagai dimensi kehidupan. Kemajemukan atau pluralitas itu menjadi bagian dari kekayaan Kabupaten Alor.

Beberapa sumber sejarah mengungkapkan bahwa sebelum agama-agama memasuki wilayah Alor, masyarakat asli telah hidup menyatu berkat ikatan keturunan yang sama, warisan budaya yang sama, warisan tanah suku dan harta material yang sama, perkawinan antar individu dengan keterlibatan keluarga dan suku yang selanjutnya membentuk sebuah keluarga besar.

Relasi sosial antar warga masyarakat wilayah ini diwarnai oleh pola relasi kekerabatan yang begitu kuat. Pola relasi kekerabatan dimaksud adalah ikatan keanggotaan seseorang individu kedalam suatu keluarga yang terbina secara vertikal dan horisontal baik lewat perkawinan maupun lewat keturunan darah.

Kemajemukan yang ada direkatkan oleh semangat saling menghargai, bekerja sama, rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Hal ini dapat ditemukan dan dibaca dari ungkapan–ungkapan tradisional yang banyak berkisah tentang pentingnya membangun kerja sama dan semangat kekeluargaan untuk membangun daerah Kabupaten Alor.

Masyarakat Alor juga menyadari adanya potensi konflik yang terjadi antar kelompok. Karena itu dalam upaya perdamaian atau untuk menjalin persaudaraan, masyarakat sudah sejak lama telah memiliki konsep aliansi tradisional yang disebut “BELA”.

Bela dibentuk melalui upacara yang disebut “BELA BAJA” yaitu upacara ritual untuk menjalin rasa persaudaraan yang menunjukan adannya rasa afinitas. Ada juga pembentukan aliansi tradisional berdasarkan perjanjian biasa tanpa upacara Bela Baja.

Hubungan yang dibangun berdasarkan Bela mengisyaratkan bahwa antara para pihak harus saling melindungi tidak boleh menciptakan konflik satu sama lain bahkan marah atau mengeluarkan kata-kata yang kasar menjadi bagian yang dilarang. Yang tidak setia pada Bela atau yang melanggarnya dipercaya akan mendapat kutukan berupa berbagai bencana.

Beberapa contoh aliansi tradisional yang terpelihara hingga kini antara lain, antara Alor Kecil dengan Manatutu dan Atauru, Kolana dengan Liukisa, Bungabali dengan Taruamang, Lendola dengan pendatang Atauru, Pantar dengan Kolana serta Galiau Watang Lema dengan Solor Watang Lema dan masih banyak lagi aliansi tradisional yang ada di Daerah ini.

 

Oleh : Yoseph Letfa

(Sumber : Sejarah Kabupaten Alor)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *