oleh

Syukuran 25 Tahun Imamat Romo Dus, Mama Seraphia: “Romo Dulu Tidak Pernah Minta Uang ke Sekolah”

UMAT Katolik se-Keuskupan Agung Kupang (KAK), khususnya Umat Katolik Paroki Yesus Gembala Baik (PYGB), Kalabahi-Alor dan masyarakat di Kabupaten Alor patut berbangga dan bersuka cita (bersyukur) atas kesetiaan menjalani kehidupan sebagai seorang imam selama 25 tahun, terhitung sejak 8 September 1997 ditabiskan oleh Yang Mulia Uskup Agung Kupang, Monsiyur Petrus Turang di Paroki Santa Maria Asumpta, Walilota-Kupang. Pesta perak di Tombang sebagai kampung katolik pertama di Kabupaten Alor ini merupakan syukuran keluarga besar dan juga melibatkan keluarga kandung yang beragama Islam dari Kampung Tulta dan sekitarnya, Kecamatan Alor Barat Laut dan keluarga di Kampung Domloli dan Kampung Pisang di Kecamatan Teluk Mutiara.

Acara syukuran tersebut akan dilaksanakan di Kampung Halamannya Tombang, Kelurahan Kalabahi Tangah, Kecamatan Teluk Mutiara, Kabupaten Alor pada Kamis, 15 September 2022.

Ketua Panitia Perayaan Syukuran, Faustinus Lobang Tang melalui Sekretaris, Stefanus Reo Kahan mengatakan, diperkiran undangan yang akan hadir berjumlah 1000 orang yang terdiri dari para imam dan suster (biarawan katolik) dan umat yang berasal dari luar Alor, Umat Paroki Yesus Gembala Yang Baik Kalabahi-Alor dan utusan paroki-paroki serta kapela, para undangan dari berbagai instansi, dan keluarga. Acara syukuran keluarga ini juga melibatkan komponen beragama lainnya dan keterlibatan suku-suku yang terpaut di dalamnya secara budaya.

“Ya, kita berupaya untuk berbuat yang terbaik bagi sang jubilaris yang berkenan ditabiskan menjadi seorang imam katolik bersama seorang temannya, Romo Ronny Pakainoni dan keduanya hingga kini masih setia menjadi seorang pastor yang melayani umat dan masyarakat. Tidak semua orang bisa dipanggil menjadi seorang imam dan menjalani panggilan imamat ini hingga kurun waktu yang panjang serta tetap memohon rahmat Tuhan agar selain kesetiaan dapat pula mempersembahkan diri yang terbaik lagi bagi kemulian nama Tuhan di Keuskupan Agung Kupang, NTT dan kebanggaan bagi masyarakat Nusa Kenari sebagai kelompok kecil jumlahnya namun mampu membarikan “buah” (kualitas) terbaik bagi gereja dan tanah air,” ungkat Stery Kahan, panggilan sehari-harinya Pemuda Tombang ini.

Rangkaian kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan, menurut Kahan yang juga Sekretaris Pemuda Katolik Kabupaten Alor ini, antara lain: acara tahulu (masuk secara adat masing-masing suku Lawahing di Tombang) sejak 9 September hingga 12 September 2022 hari ini, penjemputan Sang Jubilaris (Yang Berbagagia) pada 13 September 2022 besok di Bandara Mali, dan Misa syukur pada 15 September 2022 tepat pukul 16.30 (Jam 4.30) petang hingga selesai serta panggung hiburan yang diisi oleh beberapa kelompok musik dari berbagai latar belakang dan agama seperti: vokal grup dari Keluarga Jemaat Penabur, Apungla dan Irama Quasidah, Domloli, Desa Air Kenari, Kecamatan Teluk Mutiara.

Romo Gerardus Bernardus Duka, Pr merupakan imam ke-4 dari belasan pastor asal Paroki Yesus Gembala Baik Kalabahi yang mengabdikan diri bagi gereja lokal Keuskupan Agung Kupang dan pernah menjabat sebagai Sekretaris Uskup (Sekjend) dan kini sebagai Vikaris Jendral (Vikjend) atau Wakil Uskup yang membawahi 32 paroki se-KAK yang menyebar di 5 kabupaten dan satu kota, masing-masing: Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Rote Ndao, Sabu Raijua, Alor dan Kota Kupang. Romo Dus, demikian akrab disapa dilahirkan di Kampung Tombang pada 16 Oktober 1968 dan merupakan buah kasih dari pasangan Bapak David Duka (Alm) dan Ibu Serapiah Duka. Ia memiliki lima orang saudara kandung dan seorang saudara angkat. Tiga dari saudara dan saudarinya memilih hidup membiara di mana Kakaknya Pater Agus Alfons Duka, SVD adalah seorang imam/ misionaris ordo Societas Verbi Divini (SVD), adik Suster (Sr.) Maria Fatima Duka, RVM dan Sr. Prisca, KYM, Kakak Perempuan Maria Magdalena Duka dan adik Petrus Paulus Duka memilih hidup berkeluarga.

Pendidikan formal yang telah dilalui cukup bervariasi seperti: SDK Santa Maria Kalabahi (1976-1980) kemudian pindah ke SDK Santo Arnoldus, Kalongbuku-Moru (1981-1982), mengikuti Bapak David yang adalah seorang guru. Tamat dari sana melanjutkan ke SMPK Santo Jibrael, Kalabahi hingga tamat pada 1985. Masuk Seminari Menengah Santo Rafael, Oepoi-Kupang yang juga bergabung dengan SMAK Giovanni, Kupang (1986-1989) dan melanjutkan ke jenjang Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret dan Studi Filsafat Teologi di STFK Ledalero, Maumere, Flores dan setelah ditabiskan menjadi seorang imam projo sempat menlanjutkan studi S2 pada Unvirsitas Gregoriana, Roma-Italia untuk Bidang Studi Moral Kristen.

Beberapa jabatan penting di Keuskupan Agung Kupang dilaksanakan dengan setia dan jarang sekali pindah atau dimutasikan ke tempat atau paroki lain. Jabatan tersebut adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pastoral (STIPAS) KAK dan Sekretaris Uskup/Vikjend yang juga adalah ketua dari para imam projo KAK, NTT.

Meskipun setinggi-tingginya karier seseorang tidak lepas dari peran seorang ibu sebagai sebuah rahim yang telah melahirkan dan merawat hingga memberikan dukungan moril yaitu kasih seorang ibu. Dan beginilah kesannya.

Kesan Mama Seraphia atau Mama Phia terhadap anaknya Romo Dus adalah ketika sekolah dulu tidak pernah minta uang jajan untuk pergi ke sekolah dan memang anak yang pendiam serta tidak banyak menuntut.

“Romo itu masih kecil dulu, waktu ke sekolah tidak pernah minta uang atau menuntut jajan. Ada ya ada dikasih, tapi tidak ada juga dia diam-diam ke sekolah,” ungkap Mama Phia ketika ditanya kesannya terhadap anak Romo.

Dan untuk ke empat anaknya yang memilih hidup membiara atau mengabdikan diri kepada Tuhan dengan tidak kawin atau berkeluarga. Mama Phia mengaku, bahwa ia hanya memberi atau menyerahkan kepada Tuhan dan hanya itu yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada Tuhan sembari memohon akan doa dari ke-empat anaknya.

Ke-empat anaknya pun yang telah menjadi orang sukses di bidang rohani tersebut ketika disentil, bahwa apakah mereka pernah menanyakan apa yang diminta oleh mamanya sebagai hadiah membahagiakan dirinya yang telah berjerih payah membesarkan mereka, dengan tulus, Mama Phia hanya meminta doa dari ke dua pasang pastor dan suster tersebut. Hanya yang cukup menyedihkan hatinya adalah terhadap Suster Prisca dengan biaranya yang sangat disiplin untuk meninggalkan urusan keluarga, namun menurutnya sesekali dimintanya bisa hadir untuk menghibur dirinya.

Itulah rahmat yang besar dari Tuhan bagi Keluarga David Duka yang merupakan keturunan Oyang Abraham Lobong Tang dalam mengabdikan diri secara total bagi kemuliaan nama Tuhan (Deo Gracia) untuk melayani umat manusia agar hidup bermartabat berdasarkan nilai-nilai injilik dan habitus Kristus dengan memberikan diri dan berkarya bagi gereja dengan apa yang diperolehnya dipersembahkan kepada Tuhan kembali sebagaimana moto tabisan imam dari Mazmur 119:56: “Inilah Yang Kuperoleh.”

Semoga peristiwa iman dan perjalanan hidup serta pendidikan menginspirasi kalangan muda dan mudi Alor untuk memilih panggilan hidup khusus sebagai pelayan di Kebun Anggur Tuhan Yesus. Amin.

 

(Sumber: Rilis: Panitia/Keluarga/Aicom/Abi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *