RADARNTT, Kupang – Ketua Fraksi Partai NasDem DPRRI, Viktor Bungtilu Laiskodat mengajak masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) jangan menjual tanah di lokasi Wisata, karena tanah adalah aset yang sangat berharga dan terbatas, tanah diwariskan secara turun temurun kepada generasi anak cucu di masa depan.
Hal ini ditegaskannya, dalam Focus Group Discussion (FGD) “Pariwisata NTT, Identifikasi Potensi dan Rantai Nilai” di Hotel On The Rock Kupang, Jumat (15/9/2017). FGD ini diselenggarakan Tim Riset NTT dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, yang diinisiasi oleh Prof. Daniel Kameo.
Viktor mengatakan, ide menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif pembangunan ekonomi NTT sudah ia cetuskan sejak 2002. “Statement saya pada tahun 2002 itu bahwa NTT harus mengubah desain pembangunan ekonominya, saya sarankan saat itu agar lokomotif pembangunan NTT adalah pariwisata”, katanya.
Namun, apa yang disampaikan Viktor saat itu tidak dilihat orang terutama para pemangku kebijakan di daerah ini bahwa pariwisata memang merupakan kekuatan ekonomi di NTT.
“Saya ingin membuktikan apa yang saya sampaikan tahun 2002 itu dapat dibuktikan secara ilmiah, kalau kita ingin membangun NTT dari sektor pariwisata, bukan berarti lain seperti pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan dan lainnya tidak penting. Tapi, kalau sebuah daerah yang diputuskan bahwa daerah itu jadi daerah pariwisata maka pariwisata harus didesain jadi sektor unggulan”. tegas Viktor.
Apa yang disampaikannya wakti itu, kini sudah terbukti, melalui adanya penelitian ilmiah oleh tim dari UKSW yang dipimpin Prof. Daniel Kameo.
Menurut Viktor, pembangunan pariwisata membutuhkan campur tangan dari pihak luar agar bisa berkembang dengan baik. Para pemimpin di NTT, termasuk para kepala daerah, katanya, perlu diberi pemahaman agar bisa mendesain pembangunan pariwisata secara cerdas, kreatif dan inovatif untuk memajukan industri pariwisata di NTT.
“Saya harap masyarakat tidak boleh menjual tanah di lokasi wisata, pemerintah daerah harus melindungi ini karena tanah adalah sumberdaya yang terbatas dan aset terpenting yang dapat kita wariskan kepada anak cucu kita”, tegasnya.
Belajar dari Honolulu-Hawai, lajut Viktor, disana pantainya dipenuhi hotel berbintang tapi semuanya cuma disewakan lahannya tidak ada jual beli putus, sehingga anak cucu mereka menikmati hasilnya sampai sekarang dan tidak pernah habisnya.
Sementara itu, ketua Tim Riset UKSW Salatika Prof. Daniel Kameo mengatakan, observasi yang dilakukan mencakup wilayah Sumba, Timor, Rote Nadao, Sabu Raijua, Alor, Flores dan Lembata. Responden yang terlibat adalah semua pelaku pariwisata.
Dia menambahkan, hasil penelitian sudah dirangkumkan dalam data, baikgambar, audio visual, video yang disumbangkan untuk pembangunan industri pariwisata di NTT. Menurutnya, hasil riset dilakukan dengan kajian ilmiah dan diharapkan bisa menjadi dasar pijakan pembangunan ekonomi pariwisata NTT.
“NTT ini dekat dengan Australia, kedekatan geografis kita manfaatkan untuk pengembangan pariwisata. Apalagi Australia ranking tujuh di dunia, ini sangat menguntungkan kita”, kata Kameo.
Kameo mengatakan, NTT sebenarnya tidak miskin jika sektor pariwisata dikelola dengan baik. Pariwisata bisa menjadi lokomotif pembangunan ekonomi ke depan. “Pariwisata sesuai hasil kajian bisa menjadi lokomotif pembangunan di NTT. Kita punya dasar penelitian dan dasar akademik yang memadai, ungkapnya. (Yolf/RN)
Komentar