oleh

Pendidikan Proses Memanusiakan Manusia

Oleh: Maria Herlinda Susanti

Tempat yang bisa merubah pola pikir manusia menjadi manusia adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu tombak atau pedoman yang dapat mengukur potensi atau kualitas hidup seseorang. Bisa dikatakan bahwa, pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Di mana, proses yang dilakukan menjadi manusia akan tahu keberadaannya sebagai makhluk yang berakal dan makhluk yang berbeda dengan makhluk lain. Ciri yang menandakan, bahwa manusia itu berbeda dengan ciptaan lain, yaitu, manusia diciptakan pada dasarnya memiliki otak untuk berpikir jernih dan memiliki kemampuan bernalar dan berimajinasi dengan tujuan untuk bisa membangun relasi yang baik dengan manusia lainnya.

Sarlito Wirawan Sarwono (1983) di dalam bukunya Pengantar Umum Psikologi, ciri-ciri manusia yang membedakannya dengan makhluk lain adalah kepekaan sosial, kelangsungan perilaku, orientasi pada tugas, usaha dan perjuangan, tiap individu adalah unik. Bahwa, penandaan ini merujuk, bagaimana manusia menujukkan identitasnya sebagai manusia. Manusia terus berjuang, berpikir, serta bertindak, untuk mendapatkan sesuatu yang dia ingin dan wujudkan.

Untuk bisa menyempurnakan dan menambah wawasan yang dimiliki oleh manusia, yaitu dengan cara mengenyam pendidikan yang formal. Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pendidikan yaitu, sebagai tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pendidikan menuntun kepribadian seseorang dalam mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada di dalam dirinya dan mampu mengimplementasikan atau menerapakan karakternya sebagai manusia berakal budi. Pada dasarnya, manusia identik dengan rasa tidak puas dengan apa yang ada di sekitar hidupnya. Manusia terus mencari dengan pemahamannya yang berakar dari pendidikan itu sendiri, supaya dapat menyesuaikan diri dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang ada di dalam lingkungan, tempat kita menetap.

Siska Mega Diana, menegaskan bahwa Sifat dasar yang dimiliki manusia adalah tumbuh dan berkembang secara alamiah bila manusia mengalami proses perkembangan fisik dan psikisnya secara normal melalui proses yang secara sadar diarahkan kepada tercapainya berbagai sifat baik tersebut, melalui suatu proses yang disebut pendidikan. Lanjutnya, di dalam nuansa kependidikan, manusia adalah sasaran pendidikan sekaligus subjek pendidikan. Artinya, bahwa melalui pendidikan yang disebut sebagai ruang asa manusia yang selalu melukiskan dan menggenggam hal-hal yang berbaur pengetahuan, manusia menyadari akan eksistensinya sebagai manusia yang sejati.

Tersadar dengan keberadaannya sebagai makhluk berpendidikan, pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif) harus benar-benar dituangkan atau ditunjukkan pada wajah pendidikan itu sendiri. Terkesan bahwa pendidikan itu berbuah berarti dan tempat yang bermanfaat bagi kita sebagai pencari dan penelusur kehidupan dalam ketidaktahuan.
Masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sesama manusia, yaitu tidak mampu menjabarkan atau merealisasikan eksistensinya sebagai makhluk yang bermoral dan berakal budi. Sehingga manusia mengabaikan perilaku moral dalam kehidupannya. Sering meracik kata-kata yang berbau mencibir atau tidak saling menghargai satu sama lain. Dari masalah ini dapat disimpulkan bahwa hakikatnya sebagai makhluk berakal pun tak ada.

Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, mengharuskan kita untuk merasakan kecanggihan ruang digital. Peluang bagi kita untuk berekspresi bebas dalam bertindak dan berpikir terhadap apa yang sudah disediakan oleh semesta bagi kita. Dari hal ini dapat kita pikirkan, bahwa sebagai manusia yang berakal budi, yang diciptakan oleh Tuhan berbeda dengan makhluk lain, bahwa tindakan kita harus benar-benar menggunakan akal kita dengan baik dan terkontrol ketika dilakukan. Menjamin agar eksistensi kita sebagai manusia bena-benar terealisasikan.

Untuk menjamin hal itu terjadi, Pendidikan merupakan salah satu cara proses memanusiakan manusia. Pendidikan adalah rumah penuntun manusia menuju kebijakan. Omar Mohammadal -Toumy Al- Syaibany mengatakan,” Manusia adalah makhluk yang paling mulia, manusia adalah makhluk yang berpikir, dan manusia adalah makhluk yang memiliki tiga dimensi (badan, akal dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan”. Artinya, keberadaan manusia dalam suatu tempat, harus mencerminkan sifat kemanusiaannya itu. Nalarnya harus berjalan agar tindakan dan perbuatan dapat terarah.

Karena manusia pada dasarnya, hidup selalu bergandengan dengan orang lain. Dari hal ini, pendidikan menuntun jalan dalam setiap jejak langkahnya. Membantu manusia bagaimana caranya untuk berelasi dengan manusia lain, tutur kata yang baik, saling menghargai perbedaan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Semuanya itu terlatih melalui rumah pendidikan itu sendiri.

Karena pada dasarnya bahwa kenormalan seseorang dalam menumbuhkan perkembangan fisik dan psikisnya, yaitu di ruang pendidikan yang bergelutnya. Kesadaran manusia sebagai manusia mesti diracik dan dijabar agar tidak terjadinya hal-hal yang menyimpang. Dengan demikian, hakikatnya sebagai manusia dapat dituangkannya dalam kehidupan nyata. Cerminan pendidikan itu menjadi label atau panutan seseorang bisa bersosialisasi baik dengan manusia lain.

 

Penulis adalah Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *