Oleh: Tobias Gunas
Menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, banyak kejutan terjadi dalam ranah politik di tanah air. Kejutan politik dimulai dari persoalan cawe-cawe presiden Jokowi, koalisi partai politik, tiga poros capres, pencalonan Gibran sebagai cawapres dari Prabowo hingga pembatalan undang-undang tentang pembatasan usia capres dan cawapres oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Semua kejutan ini tentu memicu atmosfer politik di tanah air yang cenderung meningkat. Kejutan politik menunjukkan dinamika politik dan ketidakpastian yang sedang dihadapi oleh bangsa ini.
Dalam merenungkan kejutan politik menjelang Pilpres 2024, ada beberapa faktor yang dapat menjadi katalisator perubahan dan tantangan baru dalam peta politik.
Salah satu potensi kejutan politik yang dapat terjadi adalah munculnya figur baru yang memiliki daya tarik dan pengaruh besar di kalangan pemilih. Misalnya, Gibran Rakabuming Raka yang dipandang mewakili kaum milineal Indonesia. Kandidat yang sebelumnya tidak begitu dikenal atau dianggap tidak memiliki peluang signifikan bisa saja meraih dukungan yang luar biasa dari basis pemilih. Fenomena ini bisa terjadi melalui kampanye yang inovatif, penekanan pada isu-isu yang sangat relevan, atau bahkan dukungan dari tokoh-tokoh populer di masyarakat. Kejutan semacam ini bisa menciptakan dinamika baru dalam persaingan politik dan memaksa kandidat lain untuk menyesuaikan strategi mereka.
Selain itu, dinamika koalisi politik juga dapat menjadi sumber kejutan menjelang Pilpres 2024. Aliansi antarpartai yang muncul secara tidak terduga dapat mengubah perhitungan politik dan memengaruhi distribusi kekuatan di panggung politik. Pasangan Prabowo-Gibran yang diusung oleh tujuh partai politik adalah koalisi tergemuk. Koalisi Ganjar-Mahfud MD didukung oleh empat parpol. Semenatara, koalisi Anies-Muhaimin dimotori oleh tiga partai politik. Masing-masing koalisi ini memiliki kekuatan elektoral threshold yang berbeda pula.
Perubahan dalam konfigurasi koalisi dapat memengaruhi agenda politik yang diperjuangkan dan memunculkan keseimbangan kekuatan baru di tingkat nasional. Meskipun, jumlah parpol yang mendukung tidak menjamin keterpilihan para kandidat Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024 nanti. Bisa saja gerbong yang besar terjungkal, gerbong kecil berjalan mulus. Semuanya serba mungkin, bisa efeknya minus malum atau maximum bonum.
Perkembangan teknologi dan media sosial diharapkan menjadi faktor signifikan dalam kejutan politik menjelang Pilpres 2024. Penyebaran informasi yang cepat dan luas melalui platform digital dapat memainkan peran kunci dalam membentuk persepsi publik terhadap kandidat dan isu-isu politik.
Penciptaan narasi yang kuat dan penggunaan strategi kampanye yang efektif di dunia maya dapat menciptakan momentum yang luar biasa bagi kandidat tertentu, bahkan jika mereka sebelumnya dianggap sebagai penantang yang tidak memiliki peluang. Tidak dapat diabaikan pula potensi kejutan dari perubahan isu-isu utama yang mendominasi perbincangan publik.
Dalam beberapa tahun terakhir, perubahan iklim, keberlanjutan, dan krisis kesehatan global telah mendapatkan perhatian yang meningkat. Namun, perkembangan isu-isu baru atau pergeseran fokus masyarakat dapat menciptakan tantangan baru bagi kandidat yang harus cepat menyesuaikan platform mereka sesuai dengan dinamika sosial dan politik yang berkembang. Secara khusus, konteks kita di Indonesia masih berkisar pada tiga isu klasik, seperti pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan. Adapu isu-isu lain hanya sekedar elaborasi dari masalah-masalah yang sering menghiasi ruang diskusi publik.
Di sini, strategi bermain isu sangat penting untuk mereproduksi isu lama menjadi isu baru. Dengan cara demikian, parpol harus mampu mengelola isu agar terkesan menarik bagi para pemilih. Yang paling tren adalah isu yang dibungkus dalam beragam paket program yang coba ditawarkan. Misalnya, program kartu anak sehat, kartu Indonesia Pintar, dan sebagainya.
Tentu saja, kejutan politik tidak selalu bersifat positif. Skandal, konflik internal partai, atau ketegangan politik yang meningkat dapat meruncing menjelang Pilpres 2024. Kondisi-kondisi ini dapat menciptakan ketidakstabilan dan menggoyahkan kepercayaan masyarakat pada proses demokrasi.
Oleh karena itu, kepemimpinan yang cerdas dan kemampuan manajemen krisis akan menjadi kunci dalam mengatasi kejutan-kejutan negatif yang mungkin muncul.
Dalam menghadapi potensi kejutan politik menjelang Pilpres 2024, penting bagi masyarakat untuk mengembangkan ketahanan terhadap informasi palsu dan pemahaman yang mendalam terhadap isu-isu kunci. Pendidikan politik yang kuat dan partisipasi aktif dalam mendiskusikan platform kandidat dapat membantu menciptakan lingkungan politik yang lebih sehat dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Kejutan politik, apapun bentuknya, adalah bagian tak terpisahkan dari proses demokrasi. Meskipun kadang-kadang dapat menciptakan ketidakpastian, kejutan ini juga membuka peluang untuk pembaharuan dan perubahan yang positif. Dengan keterbukaan, pemahaman yang mendalam, dan keterlibatan aktif dari semua pihak, masyarakat dapat menghadapi kejutan politik dengan bijaksana, memastikan bahwa Pilpres 2024 menjadi panggung yang mencerminkan aspirasi dan kebutuhan sebagian besar warga negara. Top of Form
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng, Flores, NTT
Komentar