Wajah Kota Kupang boleh dibilang telah dan tengah didandan. Memikat juga mengikat batin. Betapa Kota Karang yang garang karena terik bak gadis menawan. Warga kota serasa memiliki kota dengan beberapa taman menarik.
Di tepi pantai, di tengah kota, beberapa taman menjadi pilihan melepas lelah, atau bahkan dapat spot menarik berswafoto. Apalagi bagi pengunjung alias yang tidak ber-KTP Kota Kupang, selain mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan, taman-taman kota kupang menjadi daya tarik tersenidiri. Setidaknya bisa berfoto ria pun berswafoto sebagai kenang-kenangan.
Bila menelisik wajah kota yang kian molek, hati pun harus jujur memberi hormat kepada Wali Kota Kupang, Dr. Jefirstson R. Riwu Kore, S.E., M.M dan seorang dr. Herman Man. Kedua punggawa kota ini dengan caranya telah mengubah image Kota Kupang sebagai Kota Karang. Kota yang kerontang kini kian ramah dengan warganya.
Taman-taman kota yang menawan selalu memikat, menjadi taman liyerasi berbuda. Di taman-taman ini, setidaknya warga kota berbagai etnis berhimpun. Bukan tidak mungkin di tempat ini, warga dapat merajut kekeluargaan dan kebersamaan. Bagi segelintir orang, taman-taman kota dapat menjadi sumber inspirasi untuk berkarya, selain melepas lelah.
Banyak pula gagasan kedua punggawa ini yang hendak meretas ketertinggalan warga kota yang mesti diapresiasi walau belum sepenuhnya terwujud. Hal lumrah karena kepemimpinan mereka dibatasi waktu. Keberlanjutan pembangunan itu adalah kata kunci agar Kota Kupang benar-benar menjadi Kota Kasih yang sungguh berbagi kasih untuk warga di lima kecamatan ini.
Untuk kedua punggawa yang semula lebih dikenal dengan paket FIRMAN, saya ingin mengabadikan juga menyematkan rasa hormat dalam edisi ‘Pusii pagi’ di dinding ini.
FIRMANMU ITU KANDIL
( Karya: Yohanes Joni Liwu, S.Pd )
Semula berhembus Firman,
Bagai sang sabda, ia berkumandang,
menggelegar, telusuri lorong-lorong kota
Meski di jalan sepi dan remang,
Meski diterjang badai,
Ia mengurai pedih, perih insan penghuni.
Firmanmu mengusung asa bukan berkuasa,
mengeja tiap denyut yang lelah bukan mengumbar janji
mendengar keluh-keluh lusuh di tapak –tapak kelam berkelok;
bersama melangkah,
Merangkul tubuh – tuhuh resah di tengah kota
Pun turut merengkuh getir dan perih sanak sahabat.
Firmanmu lalu Mengayom berjuta insan
Yang kian nanar di kebimbangan masa,
Menggandeng beribu tangan lelah menatap zaman.
Lima tahun langkah tertatih dalam senyum nan ramah
tegar berjalan meski sepoi menerpa
Ia sanggup mengurai mimpi
Jadi sumringah beribu jiwa
Di kota berbalut KASIH.
Dan kini, di hari ini,
Sumringah sang Ayah
Adalah sumringah beribu wajah ceria
Menjemput asa
Mendulang cita.
Fimranmu bak kandil
Menerpa kelam yang membenam wajah persada
Melegahkan dahaga berjuta insan
Yang berharap pada setetes air
Legahkan penat di jalan hidup sejengkal.
Bak kandil penyuluh jalan,
Persadaku tak lagi sepih di kelam sunyi.
Dari tangan dinginmu,
Kotaku bak bidadari mengulum senyum
Menyapa manja, merengkuh cita
Karena cinta melumirinya.
Sapamu dari relung nan teduh
Menghalau galau bermuram durja
Pupuskan ragu di simpang jalan,
Sirnahkan kebimbangan pada hati selalu mendamba.
Firmanmu adalah kandil penghalau galau
Menerpa tiap hati rintih bertahun
Mendongkrak beribu jiwa terkulai
Pada gubuk- gubuk tak layak huni,
yang diihimpit gedung -gedung menjulang,
pada hari-hari terkesima kerlap-kerlip lampu kota.
Dan Firmanmu, bak tangan kasih mendongkrak,
Merangkul hati penuh harap
Hingga hari-hari ini raga pun hati
Mengatup tangan puji syukur
Mengikrarkan hasrat
Mendoakanmu sepanjang hayat.
Firmanmu,
Nama itu kan kusemat,
Pada relung hati berjuta sanak famili
Yang mengulum senyum di bangku-bangku sekolah
Karena kasih sang ayah bukan janji
Namun mengayom hingga cita terwujud.
Di masa-masa tersisah,
Sebelum mentari senja menyibak tirai hari-harimu,
Sebelum namamu tersapu semilir angin musim,
Di kota dengan lampu gemerlap,
Pada taman- taman kota kian menawan,
Pada smart city mengusung warga ke tengah dunia,
Izinkan kami menyematkan peluh telah membekas
Pada nubari beribu jiwa di kota kasih.
Izinkan kami melitani Kidung ini di relung hati tiap insan
Bahwa Firmanmu itu adalah pelita di kelam sunyi
Nama yang kan abadi
Seabadi karya
Seabadi karsa.
Kupang, 12 Juli 2022
Berharap peluh bersimbah jadi sumringah.
Perjalan mereka belum seberapa, namun perjuangannya telah terbukti. Setidak mereka tidak mengumbar janji tetapi beri bukti. Nama dan karya kan abadi, dan itu ada di kota ini.
Salam literasi
Oleh: Joni Liwu
Komentar