oleh

Pesan Puasa 2021, Uskup Agung Kupang

Saudara-saudari terkasih,

Masa puasa tahun 2021 masih berada dalam terpaan pandemi Covid-19. Keprihatinan hidup menyelimuti perjalanan kita sebagai makhluk tercipta. Perjuangan bersama untuk mengatasi wabah ini berpacu dalam pelbagai kebijakan publik di seluruh dunia. Pemerintah dan masyarakat Indonesia bersama-sama berupaya untuk menemukan jalan keluar yang efektif dalam kerjasama internasional. Pertanda baik dan buruk masih berjalan bersama, sehingga pergerakan sosial mengalami pembatasan dan perlambatan.

Pada tahun 2020, Sri Paus Fransiskus mengeluarkan dua pernyataan, yaitu Ensiklik Fratelli Tutti dan Surat Apostolik Patris Corde. Kedua pernyataan ini membeberkan situasi dunia dewasa ini dengan gamblang, tetapi dengan penuh pengharapan dalam semangat “persaudaraan dan persahabatan sosial” menuju pulihnya kesejahteraan bersama. Kedua anjuran ini membuka kembali wawasan hidup iman Kristiani dalam menghadapi tantangan dan kesulitan jaman sekarang ini. Keduanya merujuk pada teladan hidup Santu Fransiskus dari Assisi dan Santu Yosep, yaitu keberanian kreatif dalam menghayati perutusan hidup sebagai orang beriman dalam bingkai kehendak Allah di tengah perjalanan peradaban manusia yang terombang ambing oleh kesombongannya sendiri. Sri Paus Fransiskus meminta umat beriman Katolik, agar menemukan kembali jalan perjumpaan yang bermartabat dan bersahabat dalam bingkai pertobatan gaya hidup pribadi dan bersama demi kebaikan bersesama yang mulia dan manusiawi.

Masa puasa selalu menjadi kesempatan istimewa untuk membarui hidup iman. Inilah masa berbalik kembali kepada Allah dan sesama sebagai bagian utuh dari panggilan untuk menghayati anugerah anak-anak Allah yang diterima dalam Permandian Kudus. Kita ingin mengenakan kembali rahmat pengudus yang dianugerahkan Kristus dalam kekuatan Roh Kudus. Maknanya adalah bahwasanya sukacita Injil hadir kembali dalam kepenuhan, sehingga kita mampu berjalan sebagai anak-anak terang di tengah kegelapan dunia. Kita mendapat anugerah khusus untuk berjumpa kembali makna penebusan Yesus Kristus, yang mengorbankan diri-Nya demi kebaikan banyak orang, kata-Nya: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu, sama seperti Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mt. 20: 27-28).

Di tengah masa sulit dewasa ini, umat beriman menemukan kekuatan dan daya untuk menggerakkan kembali peradaban kasih. Dengan demikian kita mampu berbagi peran dalam upaya bersama untuk mendorong dialog yang konstruktif demi kemaslahatan bersama. Berbarengan dengan pertarungan politik dan ekonomi yang meresahkan dewasa ini, masa puasa dapat menjadi kesempatan untuk mengadakan perubahan gaya hidup demi keseimbangan lingkungan hidup bersama. Dengan berharap pada bantuan Salib Yesus Kristus, umat beriman Kristiani mampu membangun diri yang gemar mengabdi dan bersahabat dengan semua orang. Dalam bingkai perubahan gaya hidup demikian, kita dengan gembira menghayati perutusan sukacita Injil untuk mendulang kebersamaan yang saling membantu dan berkorban menuju pulihnya keseimbangan hidup yang saling menguntungkan dalam persaudaraan dan persahabatan sosial. Rasul Petrus berkata: “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (1Ptr. 4:7-8).

Saudara-saudari terkasih,

Dalam merayakan Tahun Santu Yosep, selama masa puasa ini, kita berjumpa dengan unsur-unsur kebapaan Santu Yosep yang mendorong kematangan hidup iman, yaitu peradaban kasih dalam kerendahan hati. Teladan Santu Yosep yang berani dan kreatif dalam situasi yang sulit boleh memberikan semangat baru yang berbuah dalam hidup iman dan karya kita. Dengan demikian kita tidak takut menghadapi keadaan yang sulit, seperti menghadapi corona virus, tetapi dengan tenang mengupayakan kehadiran yang membawa perubahan positif demi kebaikan bersama. Santu Yosep yang patuh pada kehendak Allah memberikan teladan bagi kita untuk menekuni perjalanan hidup dalam kesabaran dan keberanian yang kreatif menurut bingkai perutusan yang menyelamatkan. Ketaatan dan ketekunan Santu Yosep sebagai kepala keluarga yang berkarya kiranya mendorong kita untuk menghangatkan kembali lingkungan hidup yang semakin bebas dari kungkungan ketakutan dan kesedihan. Seperti Santu Yosep, kita berupaya dengan rendah hati untuk menghadirkan kerukunan hidup dalam keluarga, pekerjaan dan masyarakat, karena kerendahan hati adalah sisi lain dari mata uang cinta kasih.

Selama masa puasa, kita membangun kembali martabat Kristiani dalam doa, askese dan amal kasih demi mekarnya lingkungan hidup bersaudara dan bersahabat. Kita berjumpa lagi dengan kasih Allah dan menyuburkan kasih terhadap sesama, khususnya mereka yang berkekurangan rohani jasmani. Jagalah lingkungan yang bersih dan sehat dengan mematuhi protokol kesehatan sepenuhnya. Marilah kita menjalani masa puasa dengan gembira dan penuh syukur menuju perayaan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus di hari Paskah, karena “Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan – maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah – oleh kebangkitan Yesus Kristus, yang duduk di sebelah kanan Allah, setelah Ia naik ke sorga sesudah segala malaikat, kuasa dan kekuatan ditaklukkan kepada-Nya” (1Ptr. 3: 21-22).

Selamat menghayati masa puasa dengan rendah hati dalam kasih Allah!

 

Kupang, 10 Pebruari 2021
Salam Hormat dan Berkat,

Mgr. Petrus Turang
Uskup Agung Kupang

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *