Pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Keputusan itu diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo dari Istana Kepresidenan Jakarta, Sabtu (3/9/2022) pukul 13.30 WIB. Maka seluruh sektor usaha akan terdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kenaikan harga BBM.
Sebab, kenaikan harga BBM akan langsung memberikan beban terhadap aktivitas logistik di semua sektor usaha. Terdapat beberapa sektor usaha yang akan terpuruk karena kenaikan harga BBM, seperti sektor jasa transportasi, logistik, dan jasa perjalanan atau pariwisata. Dampaknya masyarakat melakukan penyesuaian kembali terhadap pola konsumsi dan pengeluarannya dari efek kenaikan harga BBM ini di semua komponen biaya kebutuhan sehari-hari, dan pemerintah mencoba meredam efek negatifnya dengan memberikan sejumlah upaya sosial kepada masyarakat. Namun yang memprihatinkan ialah masih ada saja sejumlah pihak yang mau mengambil keuntungan bagi dirinya dari kenaikan harga BBM ini. Oleh karenanya, masyarakat kecil pun semakin kalut.
Bacaan-bacaan suci pada Hari Minggu Biasa XXV ini kurang lebih menampilkan juga tentang situasi terkini yang dialami semua orang di negara ini. Dalam bacaan pertama, Nabi Amos mengkritik pihak-pihak tertentu yang selalu berpikir untuk ‘memperkecil takaran, menaikkan harga, dan menipu dengan neraca palsu; membeli orang papa karena uang, dan membeli orang miskin karena sepasang kasut’.
Dari latar belakang Amos sebagai Nabi, dia dipanggil Tuhan untuk bernubuat di wilayah utara Israel. Memang pada jaman itu, bangsa Israel mengalami kemajuan dan kemakmuran. Sayangnya, kemajuan dan kemakmuran ini mendatangkan mentalitas konsumerisme, ketidakadilan sosial, dan kemerosotan moral. Mereka yang berkuasa dan kaya memakai keunggulan mereka demi kemapanan hidup mereka sendiri. Oleh karena itu terjadi penindasan dan ketidakpedulian terhadap masyarakat kecil.
Maka Nabi Amos tampil untuk membela hak orang-orang kecil. Ia mengecam terjadinya ketidakadilan sosial, kemerosotan moral, dan materialisme di tengah keadaan yang makmur dan kuat. Semoga saja tidak demikian di era sekarang ini, walaupun kenyataannya tidaklah demikian di jaman intrik dan tipu-tipu.
Mentalitas konsumerisme dan mencari keuntungan bagi diri sendiri pun dikritik oleh Yesus dalam bacaan Injil. Yesus bersabda bahwa seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan setia kepada yang seorang, dan tidak mengindahkan yang lain. Padahal sudah seharusnya setiap kita yang mengatasnamakan diri sebagai murid Tuhan, harusnya mencari kebaikan dan membenci kejahatan dalam tindakan mencari keuntungan pribadi semata.
Mencari kebaikan dalam tindakan yang jujur berarti menjadikan hal yang baik ini sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan dari praktik hidup harian. Mencari kebaikan juga berarti menghidupi kebaikan itu sendiri sambil terus memperbarui diri agar benar-benar menemukan kebaikan sejati, yaitu Tuhan. Pencarian kebaikan akan membuat setiap orang hidup dan disertai Tuhan dalam perjalanan hidup mereka.
Menjadi murid Tuhan berarti mengutamakan Dia di atas segala-galanya. Bahkan harta benda yang adalah berkat dari-Nya, juga hanya menjadi sarana supaya orang sampai kepada-Nya. Kita diingatkan hari ini bahwa harta serta kekayaan adalah sarana untuk memuliakan Tuhan melalui solidaritas tanpa embel-embel kepada sesama. Fokus mengikuti jalan Kristus adalah yang utama di atas segalanya. Yang tidak fokus, akan sangat mudah menjadi hamba mamon seperti bendahara yang tidak jujur dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus. Hanya kepada Tuhan saja setiap orang harus mengabdi.
Tuhan adalah sumber kebaikan, karena Ia akan menyertai semua orang yang mencari diri-Nya. Ia juga akan melimpahkan kehidupan kepada mereka yang mencari yang baik, sebab pada dasarnya kebaikan membawa kehidupan. Kemerosotan moral dalam mengedepankan kepentingan pribadi saja tidak akan membawa keuntungan apa pun dalam relasi bersama, dan tentunya tidak bisa dipertemukan dengan Tuhan.
Orang-orang yang berperilaku demikian pasti dibenci dan tidak akan mendapatkan tempat dalam relasi sosial. Daripada semakin menambah kekalutan dalam masyarakat di tengah situasi yang carut-marut, lebih baik kita mengikuti nasihat Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius untuk memanjatkan permohonan, doa, dan ucapan syukur kepada Tuhan bagi semua orang, termasuk bagi pemerintah dan penguasa, agar setiap orang dapat hidup aman dan tenteram.
Tuhan menghendaki agar semua orang diselamatkan. Maka kita pun senantiasa diajak untuk semakin memuliakan Tuhan dan mengangkat martabat manusia dengan ‘kelebihan’ yang setiap kita miliki, yaitu dalam aspek intelektual, harta benda, kerohanian yang kuat, maupun moral. Itulah harapan kita di tengah kekalutan. Amin.
Minggu, 18 September 2022
Hari Minggu Biasa XXV
Bacaan I : Amos 8:4-7
Bacaan II : 1 Timotius 2:1-8
Bacaan Injil : Lukas 16:1-13
Oleh: Frater Lucas F. H. Conterius
Komentar