Hari ini kita memasuki Minggu Paskah III. Sabda Tuhan mengajak kita untuk sekali lagi ikut serta bersama para murid yang jumlahnya 7 orang mengalami penampakan Yesus. Petrus, Thomas, Natanael, Yohanes dan Yakobus (anak-anak Zebedeus), dan 2 murid yang lain.
Dua murid terakhir tidak disebut namanya oleh penginjil Yohanes untuk memberi kesempatan bagi kita masing-masing memasukkan nama kita di antara ketujuh murid tersebut sehingga kita pun dapat mengalami penampakan dan kehadiran Yesus dalam kontemplasi.
Hari ini juga kita memasuki bulan Maria. Tokoh Maria ditampilkan sebagai tokoh yang setia mengikuti Yesus dalam perjalanan dan perjuangan hidupNya melaksanakan misi Bapa. Kita bisa mencontoh tokoh Maria ini dalam hal teladan kesetiaan iman dalam seluruh pergumulan iman kita dan dalam tugas pelayanan kita sebagai pelayan gereja baik di tingkat keusukupan, paroki, wilayah dan lingkungan.
Dalam bacaan-bacaan suci hari ini, pada bacaan pertama, ketaatan para murid mewartakan injil Tuhan atas nama Yesus kemudian ditentang, dilarang bahkan ditangkap oleh petinggi agama Yahudi.
Sebelum kematian Kristus berbagai pertentangan terjadi, khususnya dari pihak tertinggi agama Yahudi, dengan dasar hukum tauratnya tidak menerima Yesus dan ajaran-Nya yang dianggap melanggar Hukum Taurat.
Namun tertangkapnya para rasul tidak membuat mereka takut karena dalam kesatuan, mereka berkata : “kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia…”
Selanjutnya dalam kitab Wahyu menjelaskan kisah Yohanes yang melihat dan mendengar seruan “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa dan kekayaan…” Siapa sebenarnya Anak Domba yang dimaksud dalam kitab Wahyu?
Anak Domba yang dimaksud ialah seekor Anak Domba yang telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh yang berarti tujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Di dalam agama Yahudi, domba yang muda sekali biasanya dipakai sebagai kurban kepada Allah. Dalam hal ini maksud Anak Domba yang disembelih dalam kitab Wahyu sebenarnya merujuk pada pengorbanan Yesus Kristus, sebagai Allah yang berkorban untuk menebus dosa umat manusia.
Itu sebabnya Yesus kadang-kadang disebut “Domba Allah” (Yoh. 1:29) atau “Domba yang dikurbankan kepada Allah” (1Pet. 1: 18-19). Lalu dalam bacaan injil, Yesus Kembali menampakkan diri-Nya kepada para murid sesudah Ia bangkit.
Namun kehadiran Yesus nyatanya tidak diketahui para murid, sampai akhirnya murid yang dikasihi Yesus mulai sadar bahwa “itu Tuhan”. Apa yang dikatakan oleh murid yang dikasihi Yesus ini didengar murid lain sehingga mereka percaya dan pergi menuju Yesus, tanpa menanyakan “siapakah Engkau?” melainkan mereka percaya bahwa itu Tuhan.
Kepercayaan terhadap Yesus telah menjadi ikatan tersendiri bagi para murid dengan Yesus sendiri. Yesus sendiri adalah kebenaran, maka kita pun sebagai umat yang percaya kepada Kristus, mesti percaya kepada-Nya. Ia ada dalam setiap gerak hidup kita yang tanpa kita sadari karena Ia tidak pernah melupakan kita sebagai “murid yang dikasihi-Nya.”
Kepercayaan kita terhadap Kristus sebagai suatu iman diwujudkan dengan terus mengandalkan Yesus Kristus dalam karya hidup kita, dalam susah maupun senang, nama Yesus harus tetap bergema dalam diri.
Karena penderitaan bukan sesuatu kebenaran yang tetap dalam hidup manusia, melainkan pada diri manusia itu sendiri mampu merubah penderitaan menjadi suatu sukacita sebagai kebenaran yang menyentuh keseluruhan hidup kita, atas dasar Kristus, sumber kebenaran hidup manusia. Amin
Minggu, 1 Mei 2022
HARI MINGGU PASKAH III
Bacaan I : Kis. 5 : 27b-32. 40b-41
Bacaan II : Why. 5 :11-14
Bacaan Injil : Yoh. 21 :1-19
Oleh: Frater Albert Gatur
Komentar